Salah Letakkan Rasa

Dari dulu, kira-kira 2 tahun dari saat ini aku sadar ada yang baru dari hatiku. Ada yang tak biasa jika sudah menyangkut tentang dirimu. Dan kian waktu berlalu aku sadar bahwa rasa itu adalah rasa kasih sayang yang tak biasa seperti yang kubagi pada manusia lainnya. Setelah ku tahu rasa itu hadir, aku ingin bahwa kau tahu. Aku ingin kaupun merasakannya dan mungkin jika kau setuju kau boleh membalasnya. Meski itu bukan harap terbesar ku. Lewat rasa itu, aku ingin jadi manusia nomor 1 dalam hidupmu yang mampu selalu membuatmu tertawa serta membasuh setiap luka dan tangis lara yang kau alami. Aku ingin sekali menjadi tameng mu yang selalu mampu melindungi mu agar terhindar dari segala kesedihan. Iya, aku ingin selalu kau bahagia. Dari ruang ku terjaga saat itu, yang memang tak jauh dari ruangmu berada aku selalu bisa menyaksikan apa saja yang sedang kau kerjakan. Dengan senang hati aku pun sering kali membantumu, menjadi pendengar ceritamu bahkan tak keberatan melakukan apa saja untukmu. Itulah caraku mencintaimu kala aku dan kamu masih berada dalam satu ruang dan waktu yang sama. Kau tak segan meluangkan waktu bercerita padaku, meminta tolong saat kesusahan, bertanya, tertawa, seluruhnya kita kerjakan bersama. Walaupun kau tak pernah tahu bahwa aku sedang sayang-sayangnya padamu kala itu. Hingga kini pun rasanya tak berganti, segalanya masih begitu besar. Debaran yang tak biasa. Rindu yang selalu datang tiba-tiba. Tapi, satu hal yang berbeda. Kita telah terpisah oleh banyak hal. Oleh ruang dan waktu. Oleh banyak obyek yang tak lagi sejalan. Aku yang masih mencintaimu tak punya banyak pilihan. Kadang aku berpikir, apa mungkin rasaku sudah tak masuk akal. Sudah tak lagi seharusnya ada. Kini aku tak mungkin bisa melakukan apa apa untuk membuatmu bahagia. Aku yang sering menghubungimu hanya berimbas mengganggumu. Untaian kata yang kuniatkan untuk meredakan segala lelah, menyemangati segala aktivitas hanya berujung sia sia. Kau tak membutuhkan ku sejak kita tak lagi satu ruang dan waktu yang sama. Hatiku yang membatu kadang tak mau tahu bahwa sebesar rasa yang masih tersimpan itu tak akan berguna. Sayang dan cinta yang ada dan tumbuh sejak 2 tahun yang lalu itu tak akan berarti apa-apa. Tak akan membuatnya jadi bahagia, jadi tertawa atau pun mengurangi beban yang ia punya. Kadang realistis soal cinta memang perlu walaupun hati adalah organ paling tak mau tahu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekomendasi Cerita Wattpad #4

Menjadi Si Baik di Semesta yang Kian Tua

Rekomendasi Cerita Wattpad #8